BUKU MISA, BUAH DARI GEREJA YANG BERTEOLOGI PADA KITAB SUCI
Kitab Suci merupakan Sabda Allah sebab Ia telah mewahyukan diri-Nya kepada manusia, oleh karena itu keduanya mengandung unsur teologis dan liturgis. Dimana letak hubungan keduanya? Pertama-tama liturgi menyadari sepenuhnya bahwa Sabda Allah menjadi dasar yang utama maka, kedudukannya sangat penting dalam Gereja universal. Gereja merayakan Misteri pewahyuan Allah melalui Perayaan Ekaristi dan ini merupakan aktualisasi dari Sabda Allah sehingga dalam Perayaan Ekaristi Injil (Evangeliarium) diperlakukan secara pantas dan hormat teristimewa ketika dibawa dalam perarakan, didupai, dibacakan, dan dikecup. Perayaan Ekaristi ini menjadi sangat penting mengingat, Yesus telah menetapkan Ekaristi pada saat perjamuan malam bersama para Rasul-Nya sebelum ia menderita. Ia memberikan perintah supaya mengenangkan peristiwa perjamuan-Nya, karena alasan inilah Gereja menghormati tradisi yang telah diwariskan turun-temurun hingga saat ini.
Berdasarkan tradisi inilah, Gereja mengupayakan suatu pola/ rumusan doa yang dipakai secara terus-menerus dalam Perayaan Ekaristi. Bukti bahwa Gereja telah berupaya ialah dengan mengumpulkan teks-teks liturgi yang sering dipakai untuk disatukan menjadi sebuah buku yang saat ini dikenal dengan Ordo Missae / The Roman Missal. Setiap teks-teks liturgi dari buku misa merupakan buah yang nyata dari Kitab Suci, oleh karena itu teks-teks tersebut murni berasal dari Gereja yang berefleksi tentang Sabda Allah. Maka, buku misa merupakan hasil refleksi dari Lectio Divina, meditasi, dan doa yang bertujuan sangat penting bagi kehidupan peribadatan. Sejak awal, Gereja selalu memahami bahwa isi doa mengandung sebuah hubungan yang esensial dengan iman, bahwa apa yang diekspresikan melalui doa itulah yang dipercayai. Oleh karena itu, buku misa dapat dipahami sebagai pedoman dalam berdoa karena struktur kata (teks) dan ritus (ritus) mengandung doa gereja.
Buku Misa mempertahankan jejak fundamental sebagai doa orang Kristen yang didalamnya mengajarkan cara serta penggunaan bahasa yang jelas dan sederhana ketika diucapkan, yakni: apa yang hendak didoakan, kepada siapa doa itu ditujukan, bagaimana rumusannya, intensi apa yang hendak dimohonkan. teks-teks liturgis yang ditemukan pada buku misa, doa Ekaristi (doa syukur agung) tidak hanya terkait ritus-ritus peribadatan, tetapi juga mengungkapkan suatu perpaduan dengan doa orang Kristiani, misalnya kata-kata epiklesis pada Doa Syukur Agung II:
Doa tersebut sangatlah jelas bahwa yang hendak didoakan mengenai persembahan roti dan anggur, ditujukan kepada Bapa yang adalah sumber segala ke-Kudusan melalui rumusan Bapa, Putera dan Roh Kudus (Tritunggal) supaya menguduskan roti dan anggur tersebut menjadi Tubuh dan Darah Yesus Kristus. Inilah Misteri iman yang selalu dirayakan, bahwa melalui Tubuh dan Darah Yesus Kristus umat beriman dipanggil untuk turut serta dalam ke-Kudusan Allah “Tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus (1 Petrus 1:15-16)”.
Salah satu peran buku Misa ialah menjelaskan Misteri iman yang hendak dirayakan sebab melalui buku Misa umat akan menemukan pemahaman iman yang baik dan benar serta memperoleh pendasarannya yakni Kitab Suci. Pemahaman yang baik dan benar tidak hanya melalui pengajaran tetapi yang paling utama sikap-sikap imam dalam berliturgi ketika merayakan Perayaan Ekaristi, karena alasan inilah semua tindakan yang dilakukan baik setiap kata-kata doa yang diucapkan imam maupun sikap-sikapnya mengandung pengetahuan dan makna yang berarti bagi orang Kristiani. Pada akhirnya, Buku Misa sebagai buku doa tetap menjadi sarana penting untuk membangun kembali hubungan yang otentik, yakni sebuah hubungan persekutuan yang harmonis umat beriman dengan Allah. Hubungan yang otentik dan telah diwariskan ini menjadi sangat penting bagi cara hidup beriman orang Kristiani saat ini, dan kehadiran buku Misa menjadi bukti bahwa Gereja berteologi bukan dari buah pikiran manusia tetapi dari Sabda Allah yang terkandung dalam Kitab Suci.
Tulisan oleh: Yohanes Dwi Penta Pasati
Daftar Bacaan
- Goffredo Boselli, The Spiritual Meaning of the Liturgy, dalam Posper Gueranger The Missal, Book of the Prayer of the Church, Liturgical Press: Minnesota US.
- Dei Verbum (Konstitusi Dogmatis tentang Wahyu Ilahi).
- Tata Perayaan Ekaristi, Doa Syukur Agung II, Konferensi Waligereja Indonesia.
- Kitab Suci Deuterokanonika, Lembaga Alkitab Indonesia, Jakarta.